CAKUPAN

Catatan Kaki Kehidupan

Featured Video

Ads Here

Thursday, April 26, 2018

Baca Kisah Seorang Tamu Yang Tidak Berpakayan Pesta-Saya Tidak Mau Dibebani Aturan


Isi Cerita:
"Seorang hartawan mengadakan perjamuan,namun para Undangan tidak mau datang. Ia lalu menyuruh hamba-hambanya mengundang orang-orang di jalan-jalan. Seorang dari mereka tidak mengenakan pakayan pesta. Ketika tuan rumah menegurnya, ia diam saja. Akhirnya Tuan itu menyuruh mengusirnya keluar."
Orang orang kaya selalu mempunyai alasan untuk berpesta. Pada suatu hari seorang hartawan mengadakan pesta dan menyuruh memanggil siapa saja di jalan karena para undangannya enggan datang dan banyak kursi lowong yang harus diisi.
Gagasan ini memang baik sekali dan patut di jalani. Hanya dengan catatan bahwa tuan pesta juga harus bertenggang rasa dengan keadaan kami apa adanya; kotor karena debu jalanan dan pakayan kami yang compang-camping.

     Tidak seorang pun dari kami mengenakan pakayan pesta. Jari-jari saya kotor,tangan saya kasar dan sama sekali tidak terlatih untuk memegang alat-alat perlengkapan makanan yang serba mewah. Saya sama sekali tidak mempunyai bakat untuk bekerja dan tidak mengenal sopan santun. Ketika pegawai utusan istana datang dan mengundang kami di suatu pojok jalan supaya datang ke tempat pesta, saya tidak ragu-ragu mengikutinya.  Orang toh boleh berpesta,kapan saja hal itu mengizinkan dan menyenangkan. Tetapi, mengharuskan berpakayan pesta bagi setiap undangan membuat saya gelisah. Berbagai macam etiket pesta yang harus dipatuhi merupakan suatu salib yang berat bagi saya. Itu berarti, saya harus mandi, mencukur, menggosok gigi, dan mengganti pakayan supaya tidak merusak pandangan mata sang raja. Padahal saya sangat mengharapkan agar beliau mau memperlakukan saya sesuai sifat dan keadaan saya.

     Kepada pesuruh raja saya mengatakan" Terima Kasih. Saya akan datang. Lalu saya mengenakan sebuah jas bekas yang telah dijahit rapi dan memakai dasi yang mahal; memang gagah dan kelihatan bagus dan manis. Dengan berdandan begini saya melangkah menunu tempat perjamuan.

     Penerima tamu mengangkat hidungnya ketika melihat perlengkapan pakayan saya yang ternyata masih jauh dari standar mereka,tetapi ia membiarkan saja. Ia lalu mempersilahkan saya mengambil tempat. Sekilas saya melemparkan pandangan ke seluruh ruang pesta; tampak berbagai macam hidangan di atas meja perjamuan, hidangan yang enak dan sedap! Beberapa lama kemudian keluarlah tuan pesta. Ia memandang dengan senyum sambil mengamati para undangannya,dan memberi salam sambil mengucapkan selamat datang sebagaimana biasanya. Tetapi, setelah melihat saya, mukanya menjadi merah padam. Dahinya berkerut membentuk lipatan-lipatan. Rupanya kehadiran saya tidak serasi dengan panorama pesta ini.
     Keadaan saya merusak peta keindahan pemandangannya. Rupanya jas yang saya kenakan mengusik hatinya sehingga ia terus terang menanyakan hal itu.

Saya tidak membuka mulut sedikut pun saat menatap beliau, takut kalau-kalau saya di cap bajingan. Dialah yang mengundang sedangkan saya sama sekali tidak memaksa diri datang ke perjamuan ini. Dia langsung menyuruh orang mengusir saya keluar. Malang benar nasib saya. Tapi,saya tidak mau membiarkan diri dibebani dengan peraturan-peraturab atau segala macam etiket kesopanan. Saya mau diperlakukan menurut keadaan saya sebenarnya. Saya mau berbahagia menurut cara saya sendiri.

No comments:

Post a Comment